Senin, 31 Agustus 2009

IBU,
Cintamu Untuk Aku, Anakmu…




“Tidak kah kau bangga dengan anakmu, Ibu?”
Kata sang anak kepada ibunya, saat berdua mereka duduk di teras menikmati sore. Sudah empat tahun anak dan ibu itu berpisah. Sang anak ke bandung untuk kuliah
“ Ibu bangga, Anakku. Ibu bangga dengan kamu”
“ Ibu bangga dengan prestasi yang kamu raih. Menjadi lulusan terbaik dan mendapat beasiswa ke luar negeri. Sungguh ibu bangga memiliki anak sepertimu.”
Sang anak kemudian mencium tangan sang ibu. Sementara sang ibu menatap anaknya dengan perasaan haru dan bangga. Bangga karena anaknya bias mendapat beasiswa keluar negeri dan lulus dengan hasil terbaik di kampusnya. Ada bening yang mengumpul di susut mata sang ibu.
Tak jauh dari sana ada kawanan burung yang hinggap diranting untuk mecari dahan dan daun-daun kecil untuk membuat sarang. Sang ibu yang sudah baya dan dengan penglihatan yang sedikit kabur bertanya kpada anaknya
“ Nak, itu apa yang hinggap di pohon depan rumah?”
“Itu burung Ibu, burung gereja. Dia sedang membuat rumah,”
“ Oohh..”
Sang ibu kemudian terdiam lagi, menikmati sore dengan sang anak yang lama tidak berkumpul bersama. Namun tak berapa lama sang ibu kembali bertanya kepada sang anak
“ Nak, itu apa yang hinggap di pohon depan rumah..?”
“ Itu burung ibu, burung yang sedang membuat sarang”.
Sang ibu diam namun tak berapa lama ibu yang sudah baya itu bertanya lagi
“ Itu burung apa nak?”
“ Burung gereja ibu…..”
Iya, itu burung gereja yang sedang membuat sarang di pohon depan rumah.
“ Nak, coba ingatkan ibu…itu burubg apa yang hinggap di pohon, ramai benar kicaunya?” sang ibu kembali bertanya kepada sang anak.
Mendengar ibunya terus bertanta tentang pertanyaan sang ibu, si anak menjadi tidak sabar dan menjawab
“ Itu burung gereja ibu” dengan suara yang sedikit tinggi
Namun tak berapa lama ibu kembali bertanya kepada sang anak dengan pertanyaan yang sama dan sama.
Akhirnya, habis kesabaran sang anak dan dengan keras dia menghardik ibunya dengan suara yang tinggi dank eras
“ KAN TADI SUDAH SAYA KATAKAN, ITU BURUNG GEREJA YANG SEDANG MEMBUAT ASARANG. APA IBU TULI…!”
Mendengar anaknya berbicara sekeras itu, hati sang ibu menjadi sedih..hantinya perih dia kecewa dengan anaknya.
Akhirnya ibu tua itu masuk kedalam rumah dan tak berapa lama kembali dengan membawa deary kusam dan diberikannya kepada sang adak.
Dengan hati-hati sia anak membuka halaman yang sudah di tandai. Disitu tertulis

**********
Hari itu indah sekali, pagi yang segar, anakku sudah beranjak dewasa dan rasa ingintahunya yang besar terkadang memang merepotkan pernah aku harus menjawab pertanyaannya yang sama berulang-ulang dan berulang-ulang. Pernah dia mbertanya kepadaku tentang burung yang hinggap di depan rumah. Anakku bertanya :
“burung apa itu ibu?
“ Burung Gereja anakku?
“Burung apa ibu?
“ Burung gereja anakku”
Dan sepanjang pagi itu dia terus menanyakan tentang burung gereja tidak habis-habisnya. Anakku memang memiliki rasa ingin tahu yang besar, memang seusia dia yang masih empat tahun, kecriwisannya terkadang menguji kesabaran. Aku harus meladeni pertanyaannya yang sama dan menjawabnya dengan jawaban yang sama berpuluh kali. Tapi itulah anakku. Aku bangga dengan anakku.
**************

Setelah membaca Deary sang ibu, ada sesal yang meng hentak dada, mengapa dia sedemikian tidak sabar menjawab pertanyaan ibunya.


Orang tua dalah wujud kasih sayang yang nyata yang bias kita lihat. Ibu dalah wujud dari cinta itu, wujud dari rahman dan rahimnya Tuhan kepada kita. Betapa kita tidak sadar dengan cinta ibu kepada kita, perhatiannya, pengorbananya yang besar saat melahirkan, terlebih Sembilan bulan sang ibu harus menggendong sang jabang bayi di dalam porutnya… subhannallah… ibu adalah pewujudan cinta sejati. Jika kau menganggap bahwa cinta dan sayangmu kepada kekasihmu dalah cinta sejati, tunggu dulu…, lihat ibu mu. Sama besarkah cintamu dengan cinta ibu?
Kita tidak bias menakar seberapa besar cinta ibu kepad kita, dan bagaimana kita akan membalasny?. Yakinka diri anda bahwa seumur hidup anda di dunia, tidak ada yang pantas untuk dibandingkan dengan cinta ibu kepada anaknya dan kepada keluarganya. Allah menjanjikan surga di telapak kaki ibu.
Kerepotanya setiap hari mengurusi keluarga, pagi menyiapkan sarapan, siang memasak makan siang dan malam menmpersiapkan makan malam, bahkan terkadang sang ibu harus mencucikan baju anak-anaknya dan suami. Bukan bajunha sendiri… hal kecil dari cinta ibu yang teramat besar yang terkadang kita tidak sadari.
Aku jadi teringat nyanyian Iwan Fals yang berjudul ibu

Ribuan kilo jalan yantg kau tempuh
Lewati rintangan untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau telapak kaki penuh darah penuh nanah
Seperti udara, kasih yang engkau berikan
Dengan apa ku membalas,
I B U …..

Kasih dan cinta ibu seperti udara yang kita hirup setiap hari, terlihat sepele dan bahkan kurang di hargai dan di sadari, namun udara adalah kebutuhan vital manusia. Kasih saying ibu adalah udara yang kiata hurup setiap hari, cintanya tidak akan pernah habis., cintanya tidak akan pernah berkurang sedikitpun. Cinta ibu akan semakin membuncah dan terus membuncah seiring dengan usia senjanya dan usia matang kita.
Dan denga apa ku membalas-cintamu- ibu………, kau hanya berharap tuhan menunjukkan jalan agar aku lebih berbakti dan mencintai ibu seperti cintanya kepadaku…..! Aku sayang kamu Ibu……,







Andai aku bias menulis
semua cintamu, Ibu……,
namun aku tidak bias..
karena cintamu
seperti udara…,
tak terbatas.